Thursday, September 22, 2016

Liburan tanpa anak, kangen engga?


Waktu pertama kali ide liburan bareng ibu-ibu muncul, saya paling semangat ngacung alias ikut dibarisan terdepan. Its BRILLIANT! Akhirnya saat yang ditunggu-tunggu tiba, ketika si Rauf sudah cukup besar untuk ditinggal berdua saja dengan bapaknya. Catat, tanpa ART dan orang tua. Mungkin bukan Rauf yang cukup besar tapi bapaknya sudah pede untuk ditinggal berdua. Hebat juga ya suami saya mau? Yaiya dong harus mau, jitak kalau nolak. Lagian waktu ngobrol hanya bersifat pemberitahuan bukan minta ijin hahaha. 

Mommies trip out of town ini dalam rangka perpisahan teman saya yang mau pulang kampung ke Indonesia. Bosan rasanya kalau makan malam di Aberdeen saja seperti yang sudah-sudah, ingin sesuatu yang seru dan berbeda gitu. Perginya sih enggak jauh-jauh, cuma ke Glasgow bukan ke London (ngarep, diaminin aja ya), semalam pula. Rencananya kami berlima berangkat pagi-pagi buta supaya waktu enggak habis dijalan. Maklum kota besar terdekat dari Aberdeen cuma Glasgow dan Edinburgh, yang notabenenya membutuhkan waktu 3 jam perjalanan saja sodara-sodara.

Yang cukup khawatir adalah orang tua saya ketika mendengar berita itu. "Yakin Giri bisa ditinggal berdua saja?" Saya sih cuma menjawab dengan entengnya, "Kalau Rauf nangis, paling dikasih nonton tivi seharian". Saya pasti kangen sama muka innocent dan badungnya Rauf, tapi disatu sisi saya butuh sekali me time, jauh dari anak dan suami, hanya bersama teman-teman perempuan saja. Ini benar-benar terapi yang menyehatkan loh. Beberapa kegiatan yang saya rencanakan untuk dilakukan selama di Glasgow, yaitu:

1. Put on make up.
I know, I know, I am one of the laziest mommy to put make up on. Soalnya kalau liat Instagram ibu-ibu di Jakarta pada kece berat, kok bisa ya? Rambut rapi selalu, bulu mata lentik, high heels, enggak kebayang deh gimana persiapannya, kayanya saya perlu bangun lebih pagi. Waktu saya dipagi hari, habis untuk teriak-teriak supaya Rauf pakai kaos kaki dan sepatu. Untuk trip penting kali ini, saatnya mengeluarkan apa tu namanya, foundation, eyeshadow, dan lipen yang hampir expired.

2. Shopping and trying clothes in dressing room
Anak saya bukan salah satu anak yang tidak suka belanja, dia suka diajak masuk ke toko, asal setelahnya mampir ke Disney Store. Bukan untuk beli mainan tapi untuk nonton. Cuma namanya anak-anak, pasti senang sekali loncat-loncat, lari-lari, aduh pusing deh. Jadi saya mencoba untuk seminimal mungkin mengajak dia ke pusat perbelanjaan. Sejak punya anak, shopping baju pun tidak menarik lagi, saya tidak pernah mencoba pakaian ketika belanja, males ribet alesannya. Kesimpulannya saya lebih sering belanja pakaian anak daripada diri sendiri, karena those sizes make clothes even cuter.

3. Nikmatnya makan di restoran.
“Rauf duduk yang benar”, “Ayo dimakan dong pizzanya, katanya tadi mau”, belum lagi kalau minumanya tumpah, sendok jatuh. I’m really looking forward to this, makan dengan tenang tidak terburu-buru. Kami berencana makan di salah satu restoran Malaysia yang konon kabarnya nikmat sekali, mecin mana mecin, kangen deh.

4. Tidur larut malam.
Seberapa sering saya merencanakan untuk melakukan sesuatu setelah Rauf tidur, pasti gagal karena ikut terlelap dengan alunan bedtime story. Kalau benar-benar ada kerjaan yaitu harus masak besar untuk besok baru deh bergadang. Oiya satu lagi kenapa saya bisa tidur larut malam yaitu untuk membaca gosip-gosip teranyar di kampung halaman.

5. Girls conversation.
I used to live with other 3 girls when I was single, alias di kos-kosan waktu kerja. Jadi kebayang dong berapa sering kami melakukan percakapan cewe-cewe enggak penting. Kalau dulu tentang pacar atau gebetan sekarang tentang suami hahaha.

Semua ini dapat terlaksana atas bantuan suami dan pihak-pihak terkait, terima kasih banyak loh!!

Sunday, September 18, 2016

Friends come and go: the perk of living in Europe oil capital

Two weeks ago, my best friend moved to France. I was so sad and I tried so hard not to cry at the airport. My boy was crying too so I broke down in tears. Even though it was still early age for him to understand that his best friend would not be around anymore, but I think he knew. We used to meet 2 times a week, whether I came to her house to seek some warmth or hunting bargain in the city. I should have been prepared for this, but I thought they might extend for another year. The decision had been made, I could not say anything but see you later and best of luck.

I have to say living in other country is not easy, its beyond your comfort zone. I was lucky, I could find Indonesian community during my first year and even become good friends. We have been living in Aberdeen for 4 years now, we have several friends that stay here for more than 10 years, but who knows what God plans next, maybe they will move to other city because of new job or simply back for good. I guess that the perk of living in here, it is 3 years or less cycle, if you were lucky they would stay a bit more. I couldn't count how many farewell parties had been held, how many scrapbooks had been made, how many tears had been shed, when it came to farewell I don't like it. 

To keep your positive, while you live your life, it is better to have this in mind.

1. Don't be afraid to leave your comfort zone.
Days go so slow but years go fast. Three years ago you had your toddler so you stayed with a group of friend who share the same pain. The reason is simple, easy to arrange playdate and have a chat a the same time. Go to local baby groups or playgroup to make friends. I found go to playground is one of the best location to interact with other mom. As the kids grew older you have more free time, join part time job or voluntary job just to have an adult conversation. 

People tends to live in group that share common interest or background. Sometimes it is hard to get into  a group that is already established for sometime, such as when my boy first joined football, all the moms already knew each other and they drank morning tea together. It was hard for me to join in, I felt like high school all over again. I just sit down at the corridor waiting for my little one, but then  there was other mom also did the same as me and we started to talk ever since. 

2. Make a good memories with everybody.
This oil business is small, I might know somebody's friend from a friend of mine or from a friend's friend who lives in other country for sometime. I believe in being nice and sincere to everyone will make a lot of benefit rather than sharing hatred. In fact here being nomad, friends are family. We help each other, babysit their kids, share foods and joy. 

3. Keep in touch
I am so thankful that I live in this digital era, where Skype, FaceTime, WhatsApp call make distance seems near, when we can reconnect with friends and family from other part of the world. When we traveled back home, we spare time to visit old friends who used to live in Aberdeen just to catch up with their new life, if lucky enough you got their love life :)

Cheers for more farewell to come, I suppose there will be another one next year.

Friday, September 16, 2016

Duthie park in summer time

Ever since we called Aberdeen our home, met office weather forecast has always been our best friend. I never cared about how cold or hot, rain or sunny, dry or snow before when we lived in the equator. Everyday either sunny nor raining in Jakarta, and we basically lived indoor. Whenever you wanted to go you took a car with you or taxi. Shopping was inside department store, maybe sometime  you went to traditional market or waited outside the house for the "mobile market" came to your house. Here, everything is outdoor. My friend always ask me, "How do you like Aberdeen?", to be fair I like the city, it small and compact, the bus service is good, the people is nice and polite, the city is grey, playgrounds are everywhere, but I don't like the weather. Here you have to take your jacket with you all the time, cardigan, trench coat, bomber, light weight parka, denim, peacoat, quilted, padded, you named it, I have every styles. So summer, what does it mean here, another day with less of rain than winter :)

This summer has brought more sunshine than rain, I was lucky we could enjoy picnic with my ladies at Duthie Park. We browsed the weather forecast 2/3 days in advance so we could plan a day out. We went there after lunch time and packed some snacks. Through the old railway we went, enjoying summer breeze and view. A little peeked to someone's backyard along the way :) beautiful well groomed garden.
Buggy is mommys bestfriend. They are pretty much our car too, can fit literally everything. It just a lil bit slow for a car :)
Look! They were wearing short! They were Aberdonian while mommies still could not stand with the cold wind, Oh north sea. These three pumpkins had a blast!

Well, summer has a lot to remember. Days are longer, skins are darker, laugh is louder. Until next time summer.

Saturday, September 3, 2016

Akhirnya tiba juga musim buah beri di Charleton Farm

Kalau Indonesia punya musim mangga dan jambu, di Inggris ada musim buah beri. Mulai dari yang manis sampai yang kecut, strawberry, blueberry, blackberry, raspberry, gooseberry, dan wild berry. Mumpung matahari muncul di musim panas Aberdeen yang biasanya malu-malu kucing, kami sekeluarga meluncur menuju Charleton Farm. Sudah lama sih denger kalau ada berry farm di dekat Aberdeen sini, tapi apa daya suami belum punya sim Inggris, dan rasa malas selalu muncul kalau mau pinjam mobil, malas apa kurang percaya diri nyetir disini ya? ahahhaha.

Buah strawberry dan blueberry merupakan buah yang paling digemari diantara keluarga beri lainnya. Saya rasa karena rasanya yang manis dibandingkan teman-temannya. Mudah juga diaplikasiakan dalam berbagai ragam makanan pencuci mulut.  Hampir sepanjang tahun stok sbuah beri mejeng di supermarket, tapi sumbernya bukan lokal Inggris, ada yang dari Mesir, Morocco, Spain, Peru, dan negara-negara tropis lainnya. Ternyata ada musimnya loh, di Inggris strawberry mulai panen di bulan mei dan puncaknya di bulan juni/juli. Dapat dilihat di etalase supermarket harga strawberry mulai murah dengan berbagai promosi, seperti untuk 500 gr strawberry, dijual 1.50£ -2.00£, dan sumbernya adalah perkebunan lokal. Saatnya yang tepat untuk membuat homemade strawberry jam. Di bulan yang sama, tumbuh pula raspberry, saya tidak terlalu suka dengan buah ini karena rasanya yang asam dan cepat sekali busuknya. Buah blaclberry muncul paling belakangan sebagai penutup musim panas, mulai bulan agustus hingga oktober.
Kami datang saat musim liburan sekolah, persaingan sangat ketat untuk mendapatkan strawberry yang sudah merah.  Tapi jika jeli, masih bisa kok mendapatkan sekeranjang penuh.
Rauf senang sekali memetik raspberry sepertinya karena tumbuhannya lebih rendah dan mudah dijangkau. 
Setelah cukup memanen strawberry dan raspberry, kami menuju toko untuk menimbang dan membayar buah-buahan yang telah dipetik. Charleton farm sangat luas, terdapat 3 kawasan perkebunan utama, sebuah coffe shop dengan menu yang menarik, dan playgound. Saya cukup terkesima dengan ukuran playgoundnya, sangat luas, berbagai macam permainan yang disajikan, dan gratis untuk pengunjung. Terdapat dua buah trampolin, benteng dengan dua seluncur, area mobil-mobilan, dan rumah-rumahan. Wah kalau tidak digeret pulang, mungkin bisa sampai gelap main disana. 
Nice hay stack, untuk bersantai sambil membaca buku, kalau anak-anak sih buah manjat. Makin sore, angin makin kencang, saya yang baru pulang dari Indonesia, belum siap rasanya ditampar angin dingin. Kami pun berpamitan dan pulang, Rauf lelah sekali sehingga tidur di mobil.



Friday, September 2, 2016

WEE BITES: TMNT cupcake wannabe

I really love watching nerdynummies. When I was looking for inspiration for my next project which is my son birthday party, I don't hesitate to look to Ro's youtube channel. She made the TMNT green velvet cupcake with green buttercream frosting. The step by step is really simple and straight forward. Here is my version of TMNT cupcake with pastel colour. Light blue for Leo, pink for Raphael, orange for Mikey, and lilac for Donnie. My boy complained about the pink colour, but he still loved it, so never mind :).

Thursday, September 1, 2016

5 survival kits ketika glamping di Dusun Bambu

"Camping yuk!" ujar suami. Sudah gila dia pikir saya, mau mandi dimana? Sudah cukup dulu waktu muda, peliket-peliket engga mandi, sekarang sih terima kasih ya. "Engga, glamping aja kita di dusun bambu, ada kamar mandinya dan tendanya di atas undakan". Dan dengan segala rayuan gombal lainnya, padahal saya masih ogah membayangkan Bandung di musim hujan harus tidur di tenda, belum lagi kalau ada binatang melata lainnya. Ya sudah deh, sekalian ajak keluarga suami jalan-jalan. Karena kami pesennya mepet, jadi tidak dapat dua tenda berhadapan, tapi bersebelahan dan masuk melalui pintu pagar yang berbeda. Kami menyewa dua tenda, satu untuk saya dan keluarga, dan yang kedua untuk ibu, bapak mertua, adik, dan ponakan. 

Perjalanan menuju dusun bambu cukup tricky, karena kami tidak menggunakan GPS dan hanya memanfaatkan papan-papan iklan, kami tersasar sampai ke kota Lembang. Padahal berangkat mengambil rute geger kalong, alamat balik lagi ke Bandung. Setelah telfon sana-sini dan akhirnya cukup pintar memilih untuk menggunakan GPS, kami sampai di dusun bambu. Karena kami tamu menginap maka diarahkan ke tempat parkir yang berbeda.

Memasuki pintu pagar, ada tenda, patio, area bbq, dan kamar mandi dengan air panas. Tenda terbagi dua yaitu ruang tamu dan ruang tidur dibatasi oleh jaring-jaring yang dapat dibuka tutup. Fasilitas di dalam tenda cukup fancy karena ada telepon, internet, dan berberapa kondimen standar hotel.  Memasuki kamar tidur, cukup luas dan dilengkapi dengan 2 kasur, selimut, bantal dan sleeping bed. Kalau butuh extra bed bisa kontak resepsionis.

Area bbq sangat luas, sayang malam itu hujan jadi kami hanya bisa menghabiskan waktu di dalam tenda. Sayang sekali cuaca tidak mendukung, konon kabarnya kita bisa meminta tolong pihak hotel untuk membelikan daging dan perlengkapan untuk bbq. Oh iya, alas tenda sempat basah karena air hujan dan pihak hotel membawakan beberapa lap dan handuk untuk mengeringkannya. Kami tidur cukup larut, sepertinya tidak cukup energi yang dihabiskan setelah seharian main atau mungkin karena suara tokek yang mengganggu ya? hehehe


Beberapa survival item yang perlu dibawa untuk dapat melewati gelapnya malam di tenda:
  1. Bawa sendal jepit untuk ke kamar mandi. Mungkin untuk beberapa orang yang sering naik gunung, sudah terbiasa dengan kamar mandi yang ala kadarnya. Dont get me wrong, kamar mandi yang disediakan bersih, dan lengkap dengan shower air panas. Cuma karena ini menginap outdoor, mungkin saja ada binatang yang masuk apalagi kalau musim hujan, tutup mata deh.
  2. Senter! setelah jam 7 dan semua permainan tutup, tempat ini bisa begitu sepi dan gelap di dalam tenda. Cuma ada suara jangkrik dang tokek, kalau beruntung mungkin ada suara gitar pengunjung lainnya. Dan ketika malam, kita hanya diberi penerangan lampu petromak yang terbatas, sepertinya dipasang agar mati menjelang malam.
  3. Jaket dan kaus kaki. It can be cold at midnight, karena letak dusun bambu ini di pegunungan Lembang, jadi suhu bisa turun rendah pada malam hari. Enggak mau kan, malam-malam kebelet pipis terus.
  4. Boardgame atau kartu. Kalau terpasak harus tinggal di dalam tenda karena hujan, untuk membunuh waktu, bawalah permainan. Sinyal hp tidak terlalu kuat di atas sana, tapi ada wifi yang dapat dimanfaatkan.
  5. Packed some snacks and drinks for late night.
Pengalaman glamping kali ini tidak membuat saya kapok kok, walaupun saya tetap tidak mau kalau diajak naik gunung beneran. Rasanya cukup sudah dulu berkemah waktu menjadi anggota pramuka :)

Wednesday, August 31, 2016

Resep gepuk daging sapi dengan presto

Setelah beberapa kali gagal memasak gepuk dengan presto karena kelamaan, akhirnya jadi juga gepuk bukan daging suwir. Dulu waktu kuliah di Bandung sih engga terlalu ngefans sama gepuk, apalagi pas liat resepnya, pake digoreng lagi, saya paling anti goreng-goreng, bukan karena takut gemuk, tapi takut nyiprat hahaha. Kemudian suatu hari, temen disini bikin kelas memasak gepuk, ikutan dong, eh ternyata gampang banget ya, dan sudah enak juga kalau malas menggoreng. 

Resep gepuk daging sapi
ala teteh Jayanti

Bahan:
1 kg daging sapi
10 siung bawang merah (5 siung bawang merah ukuran UK)
5 siung bawang putih
2 sdm ketumbar bubuk
2 sdt garam
2 sdm air asam jawa
75 gr gula merah
4 cm lengkuas
150 - 200 ml santan cair
100 - 150 ml kaldu rebusan daging (optional)

Cara membuat:
1. Masak bongkahan daging dengan presto setengah empuk, kalau presto saya 15-20 menit.
2. Angkat daging dan iris sesuai selera, tidak perlu terlalu tipis karena akan dipipihkan dengan cara ditumbuk-tumbuk.
3. Siapkan bumbu, haluskan bawang merah dan bawang putih.
4. Panaskan minyak secukupnya. Tumis bumbu dan ketumbar halus hingga harum.
5. Masukan daging dan garam, air asam jawa, dan gula merah sambil diaduk rata.
6. Masukan santan cair secara perlahan. Kalau santan sudah habis dan daging masih dirasakan kurang empuk, tambahkan air kaldu rebusan daging.
7. Masak hingga kadar air yang tersisa tinggal sedikit, sesuai dengan kekentalan yang diinginkan.
8. Goreng daging dengan minyak secukupnya dan siap disajikan.


Saya biasanya masak banyak karena menggunakan presto, minimal 2kg untuk membuat presto engage dengan cepat. Enaknya gepuk ini bisa dimasukan kedalam freezer untuk stok sebulan kedepan kalau malas masak.