Wednesday, August 10, 2016

Mengurus anak dan rumah tanpa bantuan ART.


Baru saja saya mendapat sms dari saudara kembar di Jakarta, "Stress engga ngurus anak sendirian?". Saya langsung flashback 3.5 tahun lalu waktu pindah pertama kali, ke negri orang, dengan anak bayi 7 bulan, engga pernah masak, engga pernah nyuci baju (eh jarang maksudnya hihihi), apalagi masak!! belum kenalan pula sama bumbu-bumbu dapur Indonesia. Pastinya stress dong, dengan adanya anak bayi yang 24 jam harus dijaga moodnya, dihibur, digendong, dan dimasakin (catatan anak bayi bukan cuma satu, tapi bapaknya juga), pindah ke luar negri itu bukan jalan-jalan namanya. 

Ini beberapa tips yang saya gunakan untuk survive tanpa ART.

1. Stay positive.
I know that is sound lame, but its true. Sulit sekali untuk mendapatkan mood positive, mixed feeling antara happy dan empty ketika pertama kali menginjakan kaki di Aberdeen. Meninggalkan karir lama yang mulai menanjak terutama. Pernah saking noraknya, saya setrika baju sambil diiringi lagu I dreamed a dream! Melow banget deh pokoknya. Tadinya cuma mengurus diri sendiri, mau engga mandi juga engga ada yang tahu, sekarang harus juggling diantara keluarga dan rumah tangga. Bukan hanya emosi yang naik turun bak roller coaster, tapi juga relationship diuji pake banget! Kalau engga sabar-sabar mungkin sudah berkemas koper dan terbang ke kampung halaman. 

2. Anak itu nomer 1 bukan suami!
Happy wife, happy mom, happy kid, happy husband, and everyone will be happy. Perlu banget kerjasama antara suami dan istri, misalnya hari ini engga sempet masak karena anak minta digendong seharian, suami harus maklum. Dikasi makan roti tawar juga sudah alhamdulillah. Saya suka siasati dengan masak banyak yang bisa dimakan 2-3 hari, emang sih engga banget kalau didenger mertua di belahan dunia sana, tapi to keep your mind sense, ya memang begitu yang terjadi. Atau kalau bosen, sekali masak misalnya bisa 2 macam dan banyak, sehingga sebagian bisa di masukan ke dalam freezer untuk hari-hari berikutnya. Kalau masi komplain juga, suruh masak sendiri aja! soalnya makan di restoran itu mahal! Jadi fokusnya bisa sama anak saja seharian.

3. Tetapkan daily house core
Agar pekerjaan rumah tangga tidak terlalu menumpuk, lakukanlah segera seperti:
  • Cucilah piring, gelas, alat masak kotor setiap selesai digunakan. Jika terlalu lama dibiarkan, biasanya lemak-lemak, mentega, ataupun minyak akan mengental sehingga butuh effort lebih besar untuk membersihkannya.
  • Rapihkanlah mainan anak setiap malam. Sudah pasti dong kamar anak akan menjadi seperti kapal titanic yang karam pada malam hari. Walaupun malas, saya selalu berusahasa memasukan mainan ke dalam kotak lemari agar terlihat rapi.
  • Make up bed setiap pagi sebelum memulai rutinitas.
  • Lap dan keringkan kamar mandi sehabis digunakan. Tipe hard water yang akan meninggalkan mould  jika didiamkan lama dan tidak dibersihkan. Ajak suami dan anak untuk melakukannya bersama-sama, ini dapat menjadi kegiatan yang menyenagkan buat anak-anak.

Di sini landlord dan agen cukup mengontrol kondisi rumah/apartemen yang disewa. Mereka biasanya melalukan kunjungan setiap tiga bulan. Mencatat apa yang rusak dan kondisi rumah sehingga sebaiknya jagalah kebersihannya. Saya selalu berusaha memberikan pengertian kepada anak agar tidak mencoret-coret dinding dan hanya boleh menggambar pada kertas.

4. Ultimate household gadget itu perlu tapi tidak wajib
Debu tidak terlalu banyak di Aberdeen, tapi bukan berarti tidak disapu dan dipel, cuma yang sedikit berbeda dari Indonesia adalah frekuensinya tidak setiap hari. Saya selalu menyempatkan untuk mengikuti house core yang sudah saya atur setiap minggu. Misalnya, hari senin adalah hari babu sedunia, mulai dari hoovering, cuci baju, dan lap kamar mandi. Hoovering dan dusting 2/3 kali seminggu tergantung traffic kedatangan tamu. Menurut saya cordless vaccum dari dyson itu penemuan mutakhir abad ini! Mudah dibawa ke ruangan mana saja tanpa harus bolak-balik cabut kabel dan it sucks every dusts you can imagine. Kalau untuk urusan dapur ngebul, saya serahkan kepada pressure cooker dan slow cooker.


Jika beruntung, biasanya landlord menyediakan dishwasher,  yang menurut saya bermanfaat jika sedang mengadakan openhouse. Untuk sehari-hari saya hanya mengandalkan dua tangan saya untuk mencuci piring. Seperti halnya dishwasher, tidak semua apartemen dilengkapi dryer pengering pakaian. Untuk menyiasatinya, biasanya kami menjemur di dalam rumah karena tidak punya halaman didekat jendela yang dibuka. Ketika musim dingin, kami memanfaatkan heater yang menyala, dengan meletakan jemuran disebelah heater. Ini membantu sekali loh, pakaian kering hanya dalam beberapa jam. 

5. Sahabat adalah keluarga terdekatmu.
Beruntung saya dipertemukan dengan sahabat-sahabat sepenanggungan, walaupun usia berbeda tapi pada umumnya kami memiliki anak seumuran. Dengan jam terbang yang tinggi, mereka dapat memberikan informasi seputar tips jika anak demam, flu, colic, tantrum, atau tummy bug. Di UK tepatnya, kesehatan ditanggung pemerintah, memang tidak bayar, tetapi bukan berarti bisa seenaknya datang. Kalau level anak demam, paling banter mereka bilang untuk diberikan paracetamol dan observasi 3 hari kedapan. Untuk penyakit virus itu tidak ada obatnya cuma istirahat, karena biarkan imun anak yang melawan. Kami juga selalu menyempatkan untuk bertemu, baik di rumah, playground atau cafe, agar anak dapat berinteraksi dengan teman sebayanya, dengan gosip sebagai bonus.


Relax, everybody makes mistakes. Not one or two but lots. Bukan berarti setiap harinya saya bisa menerapkan apa yang telah direncanankan tadi malam. Marah-marah? Duh sering banget, saya masih harus belajar untuk bersabar. I believe in life, every day is a chance to correct our previous mistake. Sebelum tidur, kami mempunyai ritual membacakan buku, menceritakan apa yang terjadi hari ini, dan apa yang dilakukan besok. Say sorry if you made a mistake and promise will not do it again next.

Sebenernya kalau ada kemauan pasti ada jalan atau tepatnya kalau kepaksa pasti bisa deh. Ini semua berdasarkan pengalaman saya, jadi mungkin tidak bisa diterapkan untuk semua keluarga. Tapi saya percaya, semua perempuan kuat, hanya cara mengekspresikannya saja yang berbeda.


No comments:

Post a Comment